PKK Dusun Pandes II Study Banding Tentang Pengelolaan Sampah di Kampung Sukunan Banyuraden Gamping

28 Agustus 2017
Administrator
Dibaca 147 Kali
PKK Dusun Pandes II Study Banding Tentang Pengelolaan Sampah di Kampung Sukunan Banyuraden Gamping

WONOKROMOINFO. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang sampah, PKK Dusun Pandes II melakukan study banding tentang pengelolaan sampah di Kampung Sukunan Banyuraden Gamping Sleman pada hari Minggu, 27/08/2017 dengan di dampingi langsung oleh Kepala Dusun Pandes II Ubay Usman, S.Pd.I dan Anggota BPD dari Pandes II Sumaryadi, SE.

PKK Dusun Pandes II ingin belajar bagaimana konsep pengelolaan sampah yang berdaya guna di Kampung Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta. PKK Dusun Pandes II memiliki ketertarikan untuk  melihat secara lebih dekat bagaimana konsep pengelolaan sampah dan pemberdayaan masyarakat terkait pelaksanaan konsep tersebut. Tak hanya pembelajaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan namun juga benefit yang didapat dari segi ekonomi kreatif melalui pengolahan sampah menjadi barang yang berguna.

Berikut liputan perjalanan PKK Dusun Pandes II yang diliput oleh Ihsan Yuhdi dari Karang Taruna Sultan Agung 1 Desa Wonokromo :
Pertama kali masuk ke kampung  ini yang ada di benak kami adalah bersih banget yah kampung ini! Setelah itu, kami pun menemui salah satu warga  yaitu Bapak Harjo yang nantinya akan menemani kami berkeliling-keliling kampung ini. Oh ya, karena kampung ini sudah menerapkan konsep desa wisata edukasi berbasis lingkungan, maka setiap pendatang yang ingin melihat langsung dan belajar tentang pengelolaan sampah di desa ini dikenakan biaya sekitar Rp 7500,- per orang dengan fasilitas snack, cukup murah kan untuk harga sebuah pengalaman, pelajaran, dan upaya menjaga lingkungan yang tak ternilai harganya.

Ok, pelajaran pertama, kami melihat dan mendapat penjelasan langsung oleh narasumber tentang pembuatan pupus kompos. Ternyata, membuatnya tidak susah lho! Bisa dipraktekkan neh di rumah…Pertama-tama, sampah yang berupa dedaunan atau jerami dan sampah organik rumah tangga lainnya dimasukkan ke dalam gentong tanah liat yang didesain khusus sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri. Langkah selanjutnya adalah tambahkan tanah ke dalam gentong dan biarkan hingga sampah organik menyatu dengan tanah dan turun hingga ke dasar gentong. Proses ini bisa memakan waktu sekitar 2-3 bulan. Langkah terakhir adalah pupuk yang sudah jadi dengan tekstur lebih lunak bisa diambil melalui bagian paling bawah gentong di mana pada dasar gentong terdapat lubang untuk mengambil pupuk yang sudah jadi. Dan begitu seterusnya…

Pelajaran Kedua, selain di tiap rumah masing-masing kepala keluarga sudah memisahkan antara sampah kaca/logam, sampah plastik, dan sampah kertas, desa ini juga memiliki tempat penampungan sampah. Tempat penampungan sampah ini merupakan tempat pengumpulan sampah-sampah yang berasal dari tiap rumah di desa tersebut. Di dalamnya sampah-sampah tersebut sudah dipisahkan menjadi sampah plastik, sampah kaca/logam, dan sampah kertas. Hal ini dimaksudkan agar;

  1. Tidak merusak tekstur sampah. Jika sampah plastik digabung dengan sampah beracun maka nantinya tekstur dan komposisi kimiawinya akan berubah sehingga dikhawatirkan tidak bisa diolah menjadi produk lain yang siap pakai;
  2. Agar pengelolaan sampah lebih efektif dan efisien, tidak membuang-buang waktu untuk memilah-milah sampah satu per satu kembali.

Pelajaran ketiga, kelompok kami dibawa ke sebuah rumah di mana di sana kumpulan ibu-ibu mengolah sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna seperti payung, tas, dompet, lampu hias, bantalan tempat duduk hingga pembalut daur ulang Ternyata, sampah yang tadinya tidak bernilai sekarang bisa bernilai ekonomis yah! Tentu saja, dari pengolahan produk tersebut bisa memberi nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat desa tersebut.

Pelajaran keempat, kami juga melihat pembuatan batu bata dan pot-pot bunga yang terbuat dari komposisi 1 bagian semen, 3 bagian pasir, dan 3 bagian styrofoam yang digranulasi. Setelah bagian-bagian tersebut ditambahkan, langkah selanjutnya dicetak dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Menurut narasumber dari kampung tsb, ketika gempa bumi besar yang terjadi di Yogyakarta batu bata yang terbuat dari komposisi tersebut digunakan untuk membangun 5 buah rumah di kampung tersebut.

Pelajaran kelima, kami juga sempat melihat-lihat unit pengolahan limbah cair (IPAL Komunal Kelompok) di Kampung Sukunan ini. Kami salut dengan sistem yang tersusun sedemikian rapinya di Kampung ini. Selain itu, sistem yang dibuat itu, juga dikomunikasikan dengan baik dengan seluruh warga  yang ada di sana dan ‘disederhanakan’ agar mudah diimplementasikan.