Tradisi Malam Ganjilan di Dusun Jejeran Desa Wonokromo

22 Juni 2018
Administrator
Dibaca 103 Kali
Tradisi Malam Ganjilan di Dusun Jejeran Desa Wonokromo

WONOKROMOINFO. Malam lailatul qodar atau yang sering disebut malam seribu bulan bagi umat muslim dimaknai sebagai malam yang penuh rahmat. Banyak kegiatan dilakukan dalam rangka memeperbanyak amal ibadah di malam itu. Ada hal unik yang dilakukan oleh warga masyarakat Dusun Jejeran Desa Wonorkomo Kecamatan Pleret Bantul yaitu malem ganjilan. 

Seperti pada umumnya yang kita ketahui di malam-malam bulan ramadhan, umat muslim melaksanakan sholat taraweh di mushola atau masjid di sekitar tempat tinggalnya. Begitu juga yang dilakukan oleh umat muslim di Desa Wonokromo. Namun jika kita amati di sepuluh malam ganjil terakhir yaitu malam 21 hingga 29 dimana dikenal sebagai malam-malam turunnya lailatul qodar, masyarakat Dusun Jejeran dan sekitarnya diikuti oleh 1000 jamaah pergi ke Masjid Mi’rojul Muttaqinallah Dusun Jejeran  pada malam hari pukul 23.00 WIB untuk menunaikan rangkaian ibadah berjamaah.

Tepat pukul 24.00 WIB rangkaian kegiatan malam genjilan diawali dengan sholat taubat – sholat istikharoh – sholat tasbih – tahlil wali kutub – tahlil – Pengajian dan diakhiri sahur bersama. Imam oleh K. Za’imul Umam dan rois tahlih walikutub oleh KH. Muslim Syafi’i.

Umat Islam yang melakukan amalan itu meyakini bahwa apa yang meraka lakukan adalah sebagai bentuk untuk menyambut datangnya malam lailatul qodar. “Malam lailatul qodar kan disunahkan untuk memperbanyak amal ibadah, melalui rangkaian ganjilan kita bisa saling berbagi dengan sesama dan memperkuat ukhuah islamiah”, ujar H. Muhammad Najib selaku takmir Masjid Mi’rojul Muttaqinallah. Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai ustadz ini, menjalankan ibadah malem ganjilan di Masjid Mi’rojul Muttaqinallah Dusun Jejeran ini sudah berjalan dari tahun 1983 yang dulu diikuti tidak sebanyak saat ini. Saat ini ganjilan di Masjid Mi’rojul Muttaqinallah Dusun Jejeran diikuti oleh 1000 jamaah baik dari Dusun Jejeran maupun dari luar Desa Wonokromo.

Muhammad Mustamid selaku Dukuh Dusun Jejeran I menjelaskan bahwa dalam setiap malam ganjilan panitia menyiapkan 1000 porsi untuk sahur bersama jamaah.

Menurut beberapa kalangan tradisi malem ganjilan ini sesungguhnya sudah lama muncul seiring dengan masuknya Islam ke Pulau Jawa. Wali songo menyebarkan Islam di Jawa dengan melakukan akulturasi Islam dengan budaya Jawa, yaitu menggunakan budaya Jawa untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa malam ganjilan diilhami dari Serat Ambya yang menyebutkan bahwa setiap tanggal ganjil dimulai sejak 21 Ramadhan Nabi Muhammad SAW turun dari Gunung Nur, yaitu setelah menerima wahyu berupa ayat-ayat suci Alquran.