Ribuan Pengunjung padati Upacara Adat Rebopungkasan Desa Wonokromo

15 November 2019
Administrator
Dibaca 66 Kali
Ribuan Pengunjung padati Upacara Adat Rebopungkasan Desa Wonokromo

Wonokromoinfo — Masyarakat Desa Wonokromo menyelenggarakan acara Tradisi  Rebo Pungkasan pada Senin 22 Oktober 2019 di Halaman Balai Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul.

Upacara Adat Rebo Pungkasan tersebut dihadiri Bupati Bantul H. Suharsono, Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Wardoyo S.Sn., Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Forkompimcam dan ribuan warga, bahkan warga berjejal dari mulai Masjid Al Huda Karanganom sampai Balai Desa Wonokromo.

Upacara diawali dari Masjid Al Huda Karanganom dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa kemudian dilanjutkan kirab budaya 12 dusun dan kirab lemper raksasa.

Di Balai Desa Wonokromo disambut dengan pembacaan salawat, kemudian iring-iringan pejabat tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi dengan mengendarai kuda dan andong.

Bukan sekadar ritual tahunan. Namun kini sudah berkembang jadi aset wisata yang sangat potensial untuk menarik minat pelancong datang ke DIY, khususnya Kabupaten Bantul.

“Rebo Pungkasan itu aset wisata yang memiliki keunikan dan jadi daya tarik wisatawan,” kata Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Wardoyo, seusai Upacara Adat Rebo Pungkasan di Balai Desa Wonokromo, Selasa (22/10/2019) malam.

Tahun ini, kata dia, merupakan tahun keenam Dispar DIY ikut membantu mengembangkan tradisi Rebo Pungkasan agar lebih meriah dan dapat mendatangkan banyak pengunjung. Wardoyo mengatakan Rebo Pungksan punya makna khusus bagi warga Wonokromo sehingga tradisi tersebut selalu terselenggara setiap tahunnya.

Warga dinilainya punya keterikatan dalam tradisi bersama sejarah yang dibangun dalam upacara adat itu. Dengan demikian, tradisi tersebut akan bertahan lama sebagai bagian dari kebiasaan masyarakat. “Dalam perspektif pariwisata, ini unik. Maka pengembangan event ini dalam daya tarik wisata menjadi salah satu prioritas,” ujar dia.

Dalam kirab tersebut ada dua gunungan dan sebuah lemper raksasa yang jadi ikon utama Rebo Pungkasan. Satu gunungan berisi buah dan sayuran, sementara lemper raksasa berupa makanan yang terbuat dari beras ketan dengan isi abon.

Lemper berukuran panjang sekitar 2,5 meter dan berdiameter sekitar 55 sentimeter itu harus dibopong oleh bregodo pengusung menuju pendopo Balai Desa Wonokromo. Di pendopo, lemper dan gunungan kemudian didoakan oleh tokoh agama yaitu KH. Drs. Muhammad Wakhid dan KH Za’imul Umam, kemudian sebagian dibagi-bagikan kepada masyarakat.

Kepala Desa Wonokromo, Edy Pujono mengatakan sudah lebih dari seratus tahun ada dan selalu dilestarikan setiap tahunnya pada Selasa malam Rabu. Dia menjelaskan upacara adat itu disebut Rebo Pungkasan karena upacara itu diadakan pada hari Rabu terakhir pada bulan Sapar atau bulan kedua dalam kalender Jawa.

Dari penuturan mayarakat secara turun temurun, pelaksanaan upacara ini dilakukan pada Rabu, lantaran konon Rabu terakhir dalam bulan Sapar itu merupakan hari perternuan antara Sri Sultan HB I dengan Mbah Kyai Faqih Usman, kiai yang dipercaya memiliki kadigdayan dalam ilmu agama dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. “Berdasarkan pada hari itulah kemudian masyarakat menamakannya dengan Upacara Adat Rebo Pungkasan,” kata Edy.

Rangkaian Rebo Pungkasan sudah dimulai sejak 1 Oktober lalu dan akan berakhir pada 24 Okober. Berbagai kegiatan yang mengiringinya di antaranya adalah Pasar Malam, Turnamen Sepak Bola, Turnamen Bulu Tangkis, Kejuaraan Judo DIY - Jateng,   Festival Hadrah Se-DIY, Gebyar Lansia, Gebyar PAUD, dan Wayang Kulit Semalam Suntuk.